Sabtu, 01 Februari 2014

Takutlah kepada ahzab Allah swt



Tidak dapat kita pungkiri, budaya korupsi telah mengakar dalam masyarakat kita. Menurun dari generasi ke generasi. Kalau kita mengingat kecaman Allah swt, dalam suatu hadist shahih dari riwayat Ahmad, sebagai berikut:
لَعَن الّٰلهُ الرَّاشِيَ وَاْلمُرْ تَشِيَ (رواه ِاحمد)

Allah swt mengutuk/ melaknat penyuap dan orang yang disuap”. (HR. Ahmad)
Berdasarkan hadits di atas, seharusnya secara otomatis kita sebagai muslim yang taat pada aturan Islam, merasa takut akan laknat Allah swt daripada membenamkan diri dalam kenikmatan sesaat yang akan kita peroleh nanti ketika kita korupsi. Takut atau خوف ini hendaknya menjadi landasan utama kenapa seorang muslim anti korupsi. Biar bagaimanapun juga ahzab Allah swt tetap lebih pedih. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Hijr: 50, sebagai berikut:

وَأَنَّ عَذَابِى هُوَاْلعَذَابُ اْلأَلِيْمُ (٥٠: الِحجْرُ)

“Dan bahwa Sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih”. (Hijr: 50)

Saking pedihnya kenikmatan yang kita rasakan bahkan tidak sebanding dengan ahzab Allah yang maha dahsyat. Dengan kata lain, proporsi perbandingan ahzab Allah dengan kenikmatan duniawi hasil korupsi tetap akan lebih besar ahzab Allah swt. Jadi, jangan pernah korupsi jika anda ingat murka Allah swt lebih besar daripada kenikmatan korupsi yang bersifat duniwi dan sementara. 
Permasalahannya, jika korupsi itu sudah terjadi di masyarakat, dan kita berhadapan dengan tindak korupsi itu sendiri, lalu apa yang harus kita lakukan? Solusinya kita kembali kepada Hadits Rasulullah saja. Karena barang siapa yang berpegang teguh pada Al qur’an dan Hadits, janji Nabi Muhammad saw, bahwa orang tersebut tidak akan tersesat (fii diin wa dunya wal akhirat, tentunya). Dan hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, sebagai berikut:
مَنْ رَاٰى مِنْكُمْ مُنْكَرًافَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ. وَذٰلِكَ أَضْعَفُ اْلاِيْمَابِ
 (رواه مسلم)


“Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah(berusaha) memperbaiki dengan tangannya (kekuasaan), apabila tidak mampu (dengan tangannya) hendaklah (berusaha) memperbaiki dengan lidahnya (nasihat), apabila tidak mampu (dengan lidahnya) hendaklah (berusaha) memperbaiki dengan hatinya (meninggalkan).Itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)  


Menurut hadits tersebut di atas, menurut penulis jika ada celah korupsi di lingkungan kita, sebagai seorang aswaja (ahlussunah wal jamaah) berarti kita harus mempersempit ruang korupsi melalui kekuasaan, kedudukan, jabatan, pekerjaan, baik di institusi pemerintah maupun swasta, melalui lisan maupun tulisan. Pada intinya, dimanapun juga tindakan korupsi harus diminimalkan, seandainya bisa dihapuskan-dimusnahkan dari muka bumi ini.


Kita semua memiliki harapan besar kepada generasi aswaja untuk tidak pernah melakukan korupsi (meski secuil), hal ini sebagai tindak lanjut rasa takut kita kepada Allah swt yang menurunkan ahzab yang begitu pedih. Jadi, takutlah pada ahzab Allah swt, jangan takut sama penguasa dunia. Jangan terjebak pada kekuasaan, kedudukan, jabatan, pekerjaan, popularitas yang membuat kita tergiur duniawi.

-->

Related Post:

Written by: Media Belajar Online Updated at: 07.00

Penulis: Masterpendidikan ~ Media Belajar Online

Artikel Takutlah kepada ahzab Allah swt ini dipublish oleh Masterpendidikan pada hari Sabtu, 01 Februari 2014 Terima kasih Anda telah membaca artikel tentang Takutlah kepada ahzab Allah swt ini. Sertakan link http://masterpendidikan.blogspot.com/2014/02/1hari1ayat-takutlah-kepada-ahzab-allah.html ini jika anda gunakan sebagai referensi. Semoga bermanfaat bagi anda. Jika anda menyukai Blog ini, silahkan like di http://facebook.com/masterpendidika dan follow kami di http://twitter.com/linkvariasi. Terima kasih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda dengan sejujurnya dan tanpa paksaan dari siapapun, tidak mengandung unsur SARA, PORNOGRAFI, PORNOAKSI, hal ini demi perbaikan yang konstruktif-transformatif MASTERPENDIDIKAN.BLOGSPOT.COM. Terima kasih!